REVIEW JURNAL INTERNASIONAL FILSAFAT ILMU: EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL FILSAFAT ILMU

Disusun untuk memenuhi tugas mata
Kuliah Filsafat Ilmu yang di bina oleh
Ibu Dr. Sally Marisa Sihombing, S.IP.,M.Si
Oleh :
Rahul Manufan Pandra (203010702011)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2020

Jurnal Internasional
Judul : Experimental Philosophy and Philosopical Intuition
Penulis : Ernest Sosa
Halaman : 1-132 Halaman
Tahun Terbit : 2007

Review Jurnal
Review Jurnal Internasional
Experimental Philosophy and Philosopical Intuition

I. Pendahuluan

Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition karya Ernest Sosa mengangkat suatu tema yang sangat menarik untuk kita ketahui, kita kaji dan telaah guna menambah wawasan kita. Jika kita turunkan kedalam bahasa Indonesia, kita akan menemukan dua istilah penting yang menjadi fokus bahasan dalam jurnal tersebut
yakni Filsafat Esperimental dan Intuisi Filsafati. Agar tidak terjadi kesesatan makna
yang dimaksud intuisi filsafati disini adalah niali intuisi dalam filsafat. Tentu kita bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan filsafat eksperimental dan bagaimana intuisi bisa “bermain-main” dalam ranah filsafat yang merupakan lahan dari empirisme dan rasionalisme. Ernest sosa mengajak kita untuk memasuki suatu dimensi dalam filasafat yang sering kita abaikan. Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang
berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia
dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi
tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau
bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa
menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini
(filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih
menjanjikan.
Dalam uraian diatas dikatakan bahwa filsafat eksperimental bersandar pada
filsafat tradisional. Perlu kita ketahui bahwa skeptisime tradisional sangat tergantung
pada ide. Tulisan Ernest Sosa ini lebih memfokuskan bahasan pada ranah konseptual
bagaimana sebuah pengatahuan diperoleh. Filsafat eksperimental yang merupakan suatu
cara dari manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran
atau imajinasi secara tidak sadar menggiring kita untuk memahami intuisi. Filsafat
analitik (filsafat eksperimental) seringkali menggunakan intuisi dalam analisis
konseptual.Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa memalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran. Menurut Bergson, intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika.
Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition tidak
hanya menjelsakan topiknya secara dangkal tetapi juga mengusung cotoh-contoh konkrit
dalam memperkuat argumennya. Tulisan Ernest Sosa ini mengajak kita untuk menyadari
bahwa dalam memahami sesuatu kita tidak cukup hanya mengandalkan pada pengalaman
inderawi (empirisme) yang membuat kita hanya “bersentuhan” dengan objek tetapi ada
hal yang lebih penting yaitu intuisi. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahw sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita, Review ini berisi isi pokok yang akan menjelaskan lebih dalam content yang
terdapat dalam jurnal Experimental Philosophy and Philosopical Intuition selain itu kami
juga memberikan uraian dan contoh, analisis kritis, simpulan seta saran dalam upaya
mencapai suatu pemahaman yang mendalam tentang topik yang diangkat. Sedikit penjelasan tentang tema diatas telah memberi gambaran kepada kita betapa menariknya review jurnal yang akan dibahas untuk mengupas jurnal internasional karya Ernest Sosa ini.

II. Isi Jurnal

Topik kita adalah filsafat eksperimental sebagai gerakan naturalistilk (naturalistic
movement) dan kaitannya pada nilai intuisi dalam filsafat. Filsafat eksperimental menyandarkan dirinya pada filsafat tradisional yang mengutamakan konsep ide. Filsafat eksperimental menawarkan pendekatan bahwa mungkin nalar atau pikiran kita adalah salah dan membutuhkan intuisi atau kekuatan intuitif untuk mengungkapnya. Filsuf-filsuf eksperimental merancang dan menjelaskan eksperimen-eksperimen dengan cara yang berbeda yang tidak hanya mengandalkan pengalaman inderawi tapi juga
menggunakan kekuatan intuitif mereka dalam mengupas suatu isu. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan sekaligus menciptakan suatu ketertarikan agar kita memahami intuisi. Alasan yang dipakai adalah seringkali atau biasanya filsafat eksperimental menggunakan intuisi dalam analisis konseptual. Terdapat dua model yang menonjol yaitu the Cartesian introspective model dan the perceptual eye of the mind. Pendekatan perceptual eye of the mind mengatakan bahwa intuisi adalah rasional jika berasal dari kompetensi baik konten eksplisit maupun implisit. Pendekatan ini memperkenalkan kita pada jenis intuisi yaitu the calibration objection dan the cultural
divergence objection. Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan
menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung
membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih bertanggung jawab dalam hal tindakannya, Seperti artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang dijadikan bahan rujukan oleh Ernest Sosa dalam jurnalnya mengenai tanggung jawab moral dimana kita diberi
tahu bahwa ada dua indera berbeda dalam tanggung jawab moral yaitu atributabilitas dan
akuntabilitas akal. Tanggung jawab moral ada agar kita berhati-hati dalam bertindak atau
melakukan analisis karena bisa jadi persepsi yang kita bangun dari intuisi kita malah
sangat bertentangan dengan fakta (realita) yang seharusnya lebih kita pakai daripada
sebuah intuisi.
Dalam buku Michael Bishop dan JD Trout yang mengupas masalah epistemologi
menyatakan bahwa epistemologi harus memiliki sudut pandang yang melampaui
metodenya atau dengan kata lain mengembangkan sebuah formulasi baru. Adalah intuisi walau mungkin pada kenyataannya secara eksklusif tidak pernah “turun lapangan”.
Sebagian orang mungkin akan keberatan dengan penggunaan intuisi disini, penulis juga
tidak menyalahkan mana metode yang lebih baik namun dikembalikan lagi pada kita
bahwa kita dihadapkan pada suatu pilihan mana yang lebih relevan menurut kita. Untuk
menentukan fakta-fakta dalam sebuah kasus tentunya kita bisa menggunakan metode-
metode yang tepat atau sumber-sumber referensi yang akurat. Akan tetapi epistemologi
menjelaskan lebih kepada sifat, kondisi, tingkat pengetahuan dan pembenaran yang bisa
kita kupas dengan intuisi. Namun walau demikian, setia metode memiliki tempat dan
waktu yang tepat untuk digunakan dan memainkan perannya sehingga tidak bisa dinilai
mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk.
Kekuatan intuitif berkaitan dengan disiplin normatif dengan metode evaluasinya
yang memiliki sisi teoritikal. Boleh diajukan keberatan bahwa jika intuisi dipertahankan
secara abstrak sebagai sumber pengetahuan normatif mungkin peranannya dalam kasus
epistemik akan menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan pengetahuan kita tentang
fakta-fakta ilmiah yang relevan dan keandalan brbagai metode pengumpulan informasi.
Dalam epistemologi, penggunaan intuisi seharusnya sebagai analogi dengan cara
pengamatan dalam ilmu empiris. Data ilmu empiris tidak hanya meliputi pengamatan
oleh spesialis, tetapi juga tentang kebenaran subyek mengenai sebuah kasus. Jadi disini
kita bisa menarik suatu perbedaan bahwa ilmu empiris bukan membahas kebenaran
normatif seperti halnya intuisi tetapi lebih kepada menekankan pada sebuah kebenaran
yang empiris.

III. Uraian dan Contoh

Jurnal internasional dari Ernest Sosa ini membahas tentang filsafat eksperimental
sebagai sebuah gerakan naturalistik (naturalistic movement) serta nilai intuisi dalam
filsafat. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu
percobaan hanya menggunakan pikiran aatu imajinasi tanpa melakukan percobaan secara
fisik. Filsafat eksperimental berlandaskan pada filosofi tradisional yang mana skeptisisme
tradisional bergantung kepada ide. filsafat eksperimental ini pada titik selanjutnya
mengajak kita untuk mengenal intuisi karena filsafat eksperimental menarik pada intuisi dalam analisis konseptual. Posisi intuisi dalam filsafat eksperimental ini sangat penting
karena dalam cara berpikir filsuf eksperimental, data yang dihasilkan dari intuisi
merupakan data tambahan yang bernilai penting selain pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain
diluar kesadaran. Untuk menguatkan pemahaman kita tentang intuisi disini kami juga memakai pendapat Bergson yang menyatakn bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Pengetahuan yang hanya diperoleh dari hasil pelukisan inderawi tidak akan bisa menggantiakan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu yang tampak pada kita dan dengan intuisilah kita bisa menyingkap realita atau kenyataan yang sebenarnya. Pemahaman kita akan kurang jika hanya membahas jurnal ini sebatas pada
“kulitnya” saja namun tidak faham bagaimana contoh atau penerapannya dalam dunia
nyata agar review ini tidak tebuang percuma tetapi juga bisa terapkan sebagai tambahan
wawasan baru yang bermanfaat. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik kami mencoba
menyusun relevansi filsafat eksperimental dan intuisi filosofis dalam disiplin ilmu politik
sebagai sebuah contoh nyata penerapan experimental philosophy dan philosophical
intuition. Berikut contoh-contoh relevansinya:
1. Salah satu konsep dalam ilmu politik yakni konsep klasik bahwa ilmu politik
adalah mewujudkan kebaikan bersama. Untuk mewujudkan kebaikan bersama
tersebut seorang politisi dituntut membuat kebijakan politik yang adil. Dengan
ituisi filosofis, seorang politisi tidak hanya menganalisa suatu masalah dari
apa yang tampak (relita) tetapi juga mempertimbangkan aspek normatif yang
diperoleh dari pertimbangan intuitif.
2. Permasalahan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjadi masalah bangsa
dapat diatasi dengan filsafat eksperimental yang mengutamakan ide. dengan
filsafat eksperimental, budaya-budaya politik yang sudah menyimpang akan
dikembalikan pada konsep atau ide pure-nya bahwasanya politik ada untuk
keinginan bersama (common will) untuk membentuk kebaikan bersama. 
3. Pemahaman intuitif akan membantu seorang politisi dalam menyingkap realita
secara tuntas karena penalaran intuitif mendorong kita untuk lebih kritis,
bahwasanya sesuatu yang tampak seringkali tidak sama seperti kenyataannya
dan ituisi filosofislah yang dapat meningkapnya.
4. Intuisi adalah kemampuan memahami sesuatu secara cepat bahkan tanpa
melalui penalaran. Hal ini sangat berguna bagi politisi yang seringkali
dihadapkan pada masalah yang membutuhkan solusi dan penanganan yang
cepat dan tepat.
5. Politisi baik yang terjun pada ranah legislatif maupun eksekutif dipilih secara
demokratis oleh rakyat dan merupakan penyambung lidah dan keinginan
rakyat. Oleh karenanya filsafat eksperimental yang banyak mengajari tentang
tanggung jawab moral yang diperoleh dari penalaran intuitif akan membuat
pemimpin lebih bijaksana dan mempertimbangkan segala kebijakan politiknya
atas nama rakyat (kedaulatan rakyat).
6. Hakikat dari memimpin adalah memahami dan mengayomi. Intuisi akan
sangat membantu seorang pemimpin (leader) dalam memahami setiap
keinginan rakyat karena kepekaan intuitif mampu membaca masalah dengan
lebih mendalam kritis.

IV. Analisis Kritis dan Solusi

“The topic is experimental philosophy as a naturalistic movement, and its bearing
on the value of intuition in philosophy. This paper explorers first how the movement
might bear on phiphilosophy more generally, and how it might amount to somethingnovel
and promising. Then it turns to one accomplishment repeatedly claimed for it already: namely, the discrediting of armchair intuitionts as used in philosophy.”
Pararagraf diatas adalah kutipan abstrak dari jurnal experimental philosophy and
philosophical intuition karya Ernest Sosa. Abstrak ini kami rasa perlu dimasukkan karena
berisi gambaran dari seluruh isi jurnal. Dari abstrak tersebut kita bisa mengetahui bahwa
tema atau topic yang diangkat oleh penulis adalah tentang filsafat eksperimental sebagai
gerakan naturalistic (naturalistic movement) dan nilai intuisi dalam filsafat. Jurnal tersebut mencoba membahas suatu gerakan yang menjanjikan dan memiliki nilai lebih
dalam filsafat.
Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu
percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa menggunakan
percobaan secara fisik. Filsafat eksperimental sangat penting bagi ilmu pengetahuan,
terutama bidang filsafat yang bahasannya seringkali empiris.
Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang
terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu
survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya
cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan
tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan
menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung
membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih
bertanggung jawab dalam hal tindakannya.
Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, menyingkapnya. intuisi diartikan sebagai
istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara tiba-tiba dan diluar kesadaran.
Tidak jauh dari pengertian tersebut, Bergson menjelaskan bahwa intuisi adalah suatu
sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa
mengungkap realita suatu problem yang seringkali “menipu” dan memerlukan peran kuat intuisi untuk Sumber pengetahuan dan gagasan manusia ada dua macam yaitu gagasan analitik dan gagasan intuitif . gagasan analitik bersumber dari akal pikiran dan pengalaman inderawi secara empiris dan rasional sedangkan sumber intuisi adalah kepekaan perasaan manusia dalam menangkap atau menginterpretasikan suatu problematika kedalam pengetahuan dan tidakannya. filsafat eksperimental yang mengusung intuisi filosofis harus kita akui, memang membawa banyak aspek positif yamg membantu suatu bidang ilmu mengungkap suatu problem. Intuisi yang berasal dari hati nurani dan timbul dalam diri membantu
memberikan suatu aspek normatif dan pertimbangan moral dalm membuat suatu statement atau lebih dari itu, sebuah tindakan lebih dari hanya sekedar aspek rasionalis-
empiris. Namun dari semua itu kita sebagai seorang ilmuwan tidak lantas harus
menyalahkan bahwa intuisi filosofis ini lebih baik daripada pertimbangan rasionalis-
empiris karena walau bagaimanapun juga kita tidak bisa menggunakan kekuatan intuitif
kita tan pa melihat realita dan menyusun rasionalisasinya terlebih dahulu. Kami melihat
filsaft eksperimental dan intuisi filosofis ini sebagai suatu supporting system yeng
membantu suatu bidang ilmu memecahkan suatu masalah yang membutuhkan suatu
dimensi lain yaitu kekutan intuitif filosofis.
Alangkah lebih baiknya intuisi filosofis ini kita kolaborasikan dengan aspek rasionalis-empiris dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi agar mendapat suatu
kesimpulan yang tebaik yang berlandaskan empirisme, rasionalisme dan yang paling
penting moralitas yang diajarkan dalam intuisi filosofis.

V. Simpulan dan Saran

Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang
berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia
dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi
tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau
bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa
menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini
(filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih
menjanjikan.
Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahwa
sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita
lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita. intuisi diartikan sebagai istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara  tiba-tiba dan diluar kesadaran. Tidak jauh dari pengertian tersebut, intuisi juga dapat  dijelaskan sebagai suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa mengungkap realita suatu problem yang seringkali “menipu” dan  memerlukan peran kuat intuisi untuk mengungkap kebenarannya. Saran kami, sebagai ilmuwan sudah selayaknya kita mencari metode yang paling tepat dan paling baik dalam menyelesaikan masalah tau problem. Menurut kami filsafat  eksperimental yang mengusung intuisi filosofi ini akan menjadi suatu grand formula yang menyingksap suatu masalah tidak hanya dari aspek rasionalis-empirir tetapi juga moralitas yang merupakan salah satu pendekatan yang digunakan filsafat eksperimentalis dan filosofi intuitif.

Komentar