REVIEW BUKU "MENUJU PEMIKIRAN FILSAFAT"

"MENUJU PPEMIKIRAN FILSAFAT"
REVIEW BUKU FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata
Kuliah Filsafat Ilmu yang di bina oleh
Ibu Dr. Sally Marisa Sihombing, S.IP.,M.Si
Oleh :
Rahul Manufan Pandra (203010702011)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2020

A. INDENTITAS
Judul Buku: Menuju Pemikiran Filsafat
Penulis : Muhammad In'am Esha
Penerbit : UIN-MALIKI PRES (anggota IKAPI)
Cetakan : Maret 2010
Jumlah Halaman : 156

B. PENDAHULUAN

Buku yang ditulis oleh Muhammad In'am Esha merupakan buku yang menciptakan gagasan tentang pentingnya filsafat. Hal yang sangat diingat penulis saat menulis buku ini adalah apa yang disampaikan oleh prof. Komaruddin Hidayat tentang bagaimana strategi membuat karya tulis.

Pada saat itu prof. Komaruddin Hidayat mengatakan bahwa untuk membuat karya tulis itu kuncinya ada 2 saja yaitu: apa yang akan kita sampaikan dan siapa khalayak pembaca yang ingin kita sapa. Dua hal inilah yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana cara kita bertutur dalam mencapai tujuan penulisan kita.

Mengingat pesan yang disampaikan oleh prof. Komaruddin tersebut, maka penting bagi penulis untuk menyampaikan siapa sebenarnya khalayak yang ingin disapa dengan buku. Dengan bukunya yang berjudul Mengenal Pemikiran Filsafat ini sengaja penulis suguhkan kepada para mahasiswanya yang baru menginjak semester satu dan dua. Sebagai perkenalan penulis dengan mereka yang baru saja meninggalkan bangku SMU yang biasanya belum berkenalan dengan filsafat.

C. RINGKASAN BAB

Penulis Muhammad In'am Esha memilih islam sebagai perspektif dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang berkenan dengan filsafat ini. Hal ini adalah penting untuk menghilangkan anggapan bahwa filsafat tidak ada dalam islam.

Menurut Muhammad In'am Esha hal ini penting dilapangan terutama utuk mereka yang baru lulus dari SMU ataupun baru mengenal filsafat, maka penulis mencoba untuk menyampaikan hal-hal pokok dalam kajian filsafat dengan cara yang sederhana dan yang bisanya menjadi pokok persoalan dikalangan mereka.

Ketujuh bab dalam buku Muhammad In'am Esha adalah sebagai berikut:
oBab 1: Kuasa dan Hasrat Pengetahuan
oBab 2: Filsafat dan Pemenuhan Hasrat Pengetahuan Manusia
oBab 3: Transmisi Filsafat dalam Tradisi Islam
oBab 4: Pohon Filsafat
oBab 5: Mengenal Metafisika
oBab 6: Mengenal Epistemologi
oBab 7: Mengenal Aksiologi

Adapun uraian singkat dari masing-masing bab, akan disajikan sebagai berikut

Bab I: Dalam bab ini Muhammad in'am Esha membahas tentang siapa yang menguasai pengetahuan, maka ia akan menguasai dunia. Pertanyaan yang menarik diajukan adalah mengapa manusia bisa meraih kemajuan pengetahuan yang luar biasa tersebut? Apa yang mendorong manusia untuk senantiasa berpengetahuan?

Apakah hanya sekedar untuk menjadi penguasa dunia atau ada sesuatu yang lebih substansial di dalamnya? Kiranya pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mengarahkan kita pada diskusi yang panjang. Dalam pemikiran ilmiah modern, relasi pengetahuan dan kekuasan mendapat perhatian yang utama dalam kajian yang dilakukan oleh foucalt. Kekuasaan adalah sesuatu yang bernilai positif dan produktif. Kekuasan tidak bisa senantiasa diidentikan dengan perilaku yang destruktif, represif, dan sejenisnya. Postivitas dan produktivitas kekuasan ditopang oleh pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil tahu, demikian dikatakan oleh Poedjawijatna(2004: 14). Hasil tahu tersebut diperoleh melalui pembuatan keputusan atas sesuatu. Pengambilan keputusan (kesimpulan) tentang sesuatu merupakan akhir dari gerak pemikiran. Hasil pemikiran inilah yang disebut pengetahuan. Pengetahuan meniscayakan kesadaran, karena diupayakan . pengetahuan tidak muncul dengan sendirinya.

Dalam bab ini, juga menjelaskan hasrat pengetahuan manusia dalam konteks islam, islam sangat menegaskan bahwa adalah sangat mungkin manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Kalau kita merujuk pada ayat-ayat al- qur'an seperti yang terdapat dalam surah al-baqarah, 2: 31-32 adalah sangat jelas sekali bahwa pemerolehan manusia terhadap pengetahuan adalah sebuah keniscayaan.

Kekuasaan yang diinginkan oleh manusia harus dimuarakan untuk mencapai ridla Allah swt. atau dalam paper ini disebut dengan istilah "kuasa ilahiyah". Kekuasan yang diperoleh manusia tidak berarti untuk kekuasaan sendiri, tetapi ada hal yang lebih ultimate yang harus dicapai. Oleh karena itu, dalam islam relasi kuasa/pengetahuan harus didasari pula dengan keimanan sehingga membentuk relasi tiga hal: iman/pengetahuan/kuasa.

Bab II : Dalam bab ini Muhammad In'am Esha membahas tentang filsafat sebagai salah satu modus manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Secara berturut-turut akan dibahas tentang apa itu filsafat, filsafat sebagai modus berpengetahuan, dan filsafat dalam perspektif al-Qur'an. Kata filsafat yang diserap dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa inggris). Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani philosophia.

Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan Sophia. Kata philos berarti kekasih, bisa juga sahabat. Adapun kata Sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan (Rapar, 1996: 14; Titus, 1984: 11). Filsafat berarti "cinta kepada kebijaksanaan". Bijaksana berarti "mengerti dengan mendalam".

Filsafat dengan demikian bisa juga berarti "ingin mengerti dengan mendalam" (Poedjawijatna, 2002: 2). Pengertian filsafat menurut para para ahli Al-Farabi mengatakan filsafat merupakan ilmu tentang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya sedangkan menurut Poedjawijatna filsafat adalah ilmu yang mencari sebab sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.

Penulis dalam hal ini mengidentifikasi pengategorian pengetahuan dalam beberapa sudut pandang. Dilihat dari sudut pandang metode untuk memperolehnya empat jenis pengetahuan yang dimiliki manusia, yaitu: pengetahuan inderawi, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.

Pengetahuan inderawi adalah pengetahuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan ini diperoleh manusia dari pencerapan indera. Pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ini memiliki derajat kedalaman yang lebuh tinggi. Metode ilmiah merupakan sesuatu prosedur yang mencangkup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tatalangkah untuk memperoleh pengetahuan.

Pengetahuan filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasara(keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan sains. Terakhir, pengetahuan agama. Bakhtiar (2005: 88) menjelaskan bahwa pengetahuan jenis ini hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.

Berpijak pada pokok pembahasan dalam sub bab ini, dapatlah dipahami bahwa filsafat merupakan salah satu modus manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan keempat jenis pengetahuan yang dimilikinya tersebut akan semakin menyempurnakan spectrum pengetahuan yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini.

Dalam bab ini juga menjelaskan filsafat memiliki legitimasi teologis yang kuat kedudukannya sebagaimana metode qiyas syar'i seperti yang digunakan oleh para ahli fiqih. Dalam kitabnya Fashl al-maqal fi ma bain al-Hikmah wa al-syar'iyyah min al-iththissal Ibn Rusyd menjelaskan bahwa syari'at telah memrintahkan dan mendorong kita untuk merenungkan segala mawjud. Jelas pertunjukan ini terkadang mengarah pada hukum wajib dan terkadang pada hukum sunnah.

Perintah syari'at untuk mempelajari dan mengetahui mawjud dengan akal tidak hanya ditunjukan oleh satu ayat saja, tetapi banyak ayat seperti yang tertuang dalam kitab Allah yang agung pada ayat: "maka berpikirlah, wahai orang-orangg yang berakal budi". Menurut Ibn Rusyd, ayat tersebut mengandung perintah tentang wajibnya menggunakan qiyas akliyah atau penalaran rasional atau qiyas rasional dan qiyas syar'i sekaligus.

Bab III : Dalam bab ini penulis mendeskripsikan perihal transmisi filsafat dalam tradisi islam. Perkembangan intelektual islam, bagaimanapun tidak dapat dilepaskan dari fenomena internasionalisasi islam. Dalam perspektif yang berbeda , memberikan pengayaan penjelasan perihal faktor-faktor yang mendukung momentum internasionalisasi islam.

pertama, faktor intrn yang meliputi: (1) adanya kemapanan kualitas moral dan spiritual yang dibangun oleh Nabi SAW yang mampu memberikan tenaga hidup dan kesadaran sebagai 'pengemban syari'ah'; (2) kecanggihan mereka dalam mengasimilasikan sistem budaya diluarnya dalam kerangka islam; (3) aspek ajaran islam yang mengedepankan humanitarianisme dan egalitarianism yang telah mempercepat proses islamisasi dikalangan bangsa-bangsa yang ditaklukan. Kedua,faktor ekstrn yaitu adanya kelemahan dalam kerajaan Byzantium dan Persia yang telah kehabisan tenaga oleh adanya perang diantara mereka.

Dalam sub bab ini juga dijelaskan kontribusi islam dalam kebangkitan intelektual Eropa. Sebagaimana diijelaskan oleh Mehdi Nakosteen (1995: 255) bahwa salah satu sebab kemunduran Islam adalah banyaknya perpustakaan Islam yang dihancurkan oleh tentara Mangol sementara itu di Barat banyak buku yang tidak ikut hancur karena banyak perpustakaan yang letaknya jauh dari jangkaun penghancur.

Banyak perpustakaan pribadi memiliki beberapa salinan buku penting. Bagaimanapun, demikian Nakosteen, karya-karya terbaik tersebut telah diselamatkan oleh para mahasiswa latin dari Eropa melalui beberapa terjemahan ke dalam bahasa latin, Hebrew, Spanyol, Italia, Catalan dan Bahasa lain selama abad ke-12 dan 13.

Pandangan skeptic terhadap filsafat dalam islam tidak lepas dari paandangan bahwa ajaran-ajaran islam dianggap menegaskan kajian dan pandangan bebas. Islam tidak memiliki kekuatan keilmuan dan tidak membangkitkan filsafat. Tentu kita tidak sependapat dengan pandangan sedemikian itu. Memang harus diakui bahwa filsafat yang berkembang dalam islam dalam beberapa hal diadopsi dari pemikiran filsafat yang berkembang di Yunani.

Tetapi seperti yang dikatakan oleh Madkour (1996: 1) bahwa "(i) pemikiran filsafat dalam Islam telah terpengaruh oleh filsafat Yunani, (ii) para filosof muslim mengambil sebagian besar pandangannya dari Aristoteles (iii) mereka banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada beberapa aspek, ..."

D. PENILAIAN

Setelah membaca buku ini maka para pembaca pasti akan menemukan sesuatu yang sangat luar biasa dalam buku ini. Oleh karena itu saya memberikan nilai 9 untuk buku ini.

E. KRITIK DAN SARAN

Setelah membaca buku ini terdapat banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Namun buku ini memiliki presentasi kelebihan yang banyak. Saran saya semoga buku ini lebih bermanfaat kedepannya dan banyak yang tertarik membacanya.

F. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwasannya mempelajari Filsafat Islam itu penting karna dapat menguatkan akidah dan juga agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat.

Komentar